28 Mar 2012

Pengertian perilaku konsumen

Dalam mata kuliah Perilaku konsumen ini menurut saya sesuai dengan namanya “Perilaku konsumen” maka akan membahas segala sesuatu mengenai perilaku seorang konsumen terhadap produk maupun jasa yang akan dipilih dan di gunakannya demi memenuhi kebutuhan konsumen itu sendiri.

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevakuasi dan membuang produk dan atau jasa setelah di konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan atau jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk dan atau jasa. Pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk dan akhirnya membuang produk setelah di gunakan. Dalam hal ini konsumen akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang pembelian dan konsumsi yang mereka terapkan pada perilaku yang berhubungan di masa akan datang.

Faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen sebagai berikut :
1. Konsumen individu : pilihan merk, kebutuhan konsumen, persepesi atas karakteristik merk dan sikap ke arah pilihan.
2. Pengaruh lingkungan : budaya dan kelas sosial
3. Marketing Strategy : variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhu konsumen, barang, harga, periklanan, distribusi.

Konsumen merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user. Dalam konsep pemasaran kepuasan konsumen merupakan salah satu tujuan yang harus di capai. Kepuasan konsumen dengan menyediakan pelayanan yang baik, efektif dan lebih efisien. Kebutuhan, sikap dan perilaku konsumen mempengaruhi setiap aspek dari strategi pemasaran. Dalam strategi pemasaran yaitu : pendekatan, lakukan tes dan berikan deal terbaik.

Tentunya kita ingat dengan 5W + 1H :
1. WHY : mengapa mendapatkan atau jasa tersebut?
2. WHAT : berupa apa barang atau jasa tersebut ?
3. WHEN : kapan bisa di dapatkan barang atau jasa tersebut?
4. WHERE : dimana barang atau jasa tersebut bisa di dapatkan?
5. WHO : siapa yang mendapatkan barang atau jasa tersebut?
6. HOW : bagaimana barang atau jasa tersebut didapatkan?

Contoh : Si ilov mahasiswa Gundarama (who) ingin membeli (how) Handphone Blackberry (what). Ia ingin membeli blackberry, karena HP tersebut unik dan canggih (why) ia ingin membelinya akhir bulan setelah uangnya terkumpul (when) di pusat perdagangan HP di dekat rumahnya.

Studi mengenai perilaku konsumen adalah sangat penting karena dalam menjalankan konsep pemasaran suatu perusahaan tanpa adanya suatu pemahaman dan pengertian tentang konsumen sasaran, suatu perusahaan tidak dapat dikatakan telah menjadikan konsep pemasaran sebagai pedoman walaupun perusahaan tersebut telah menjalankan fungsi pemasaran dengan baik. Untuk mengetahui dengan jelas perilaku konsumen ini, seorang pemasar harus melakukan penelitian sebagai langkah awal untuk mengetahui motivasi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.

Penelitian di lakukan dalam upaya untuk mengumpulkan informasi mengenai karakteristik perilaku konsumen sehingga pemasar akan lebih mengenal siapa konsumennya dan bagaimana perilaku mereka dalam mencari, menggunakan dan membuang produk.

Pendekatan Perilaku Konsumen

Yang di maksud Konsumen adalah orang yang menggunakan barang – barang hasil produksi. Pada saat menjalankan aktivitas sehari – hari, antara lain untuk memenuhi kebutuhan hidup, semua orang melakukan kegiatan konsumsi. Konsumsi adalah setiap kegiatan yang mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa. Konsumsi bukan hanya berarti makan dan minum, tetapi juga berbagai kegiatan lainnya yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup. Konsumen memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari produsen. Untuk menghasilkan barang dan jasa ini, produsen memerlukan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, tanah, dan sebagainya. Dan faktor produksi ini terdapat dalam rumah tangga konsumen. Akibat adanya kendala keterbatasan pendapatan di satu sisi dan adanya keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak – banyaknya agar diperoleh kepuasan yang maksimal disisi lainnya, maka timbullah perilaku konsumen.

Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk menjelaskan terbentuknya fungsi permintaan konsumen yaitu :

Pendekatan Kardinal

Pendekatan Ordinal

Asumsi dasar Pendekatan Kardinal :

Asumsi dasar Pendekatan Kardinal :
Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.
 Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. ( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.

Pendekatan ini, daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung pada subjek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.

Asumsi dasar Pendekatan Ordinal :
ü  Konsumen rasional
ü Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
ü  Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
ü  Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum
ü  Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada barang B karena A lebih disukai daripada B, tidak berlaku sebaliknya.
ü  Berlaku hukum transitif, artinya bila barang A lebih disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C.

Ini daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori ordinal adalah independent curve, yaitu kurva yang menunjukkan kombinasi 2 macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan sama.

Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah :
  -  Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking           kebutuhan yang dimilikinya.
   -  Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
   -  Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.

Pendekatan ordinal membutuhkan tolok ukur pembanding yang disebut dengan indeferent kurve. Kurva Indeferent adalah Kurva yang menghubungkan titik – titik kombinasi 2 macam barang yang ingin dikonsumsi oleh seorang individu pada tingkat kepuasan yang sama.
Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam
permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis
ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun
distribusi kemakmuran.
Konsep Elastisitas
Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk
memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah dapat
mengetahui dampak kenaikan pajak atau susidi terhadap pendapatan daerah, tingkat
pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan
investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan pendekatan elastisitas. Selain
itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan
daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan
kegunaannya tersebut, alat analisis ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam
memutuskan prioritas dan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat terbesar bagi
kemajuan daerah.

Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas Harga Permintaan adalah tingkat perubahan permintaan terhadap
barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya
tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas
permintaan.

Macam-macam Elastisitas Harga Permintaan
Berdasarkan nilainya, elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu
permintaan inelastis sempurna, inelastis, elastis uniter, elastis, dan elastis sempurna.

Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Elastisitas silang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap
perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan
tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons
prubahan permintaan suatu barang (misal barang A) karena perubahan harga barang lain
(barang B), yaitu: positif, negatif, dan nol.
1. Elastisitas silang positif. Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah
permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan
permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling
menggantikan (barang substitutif).
2. Elastisitas silang negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya
permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan
penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat
komplementer (pelengkap).
3. Elastisitas silang nol. Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan
permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling
berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap
permintaan kendaraan bermotor.
Sumber:
http://drfadli.blogdetik.com/files/2010/05/konsepelatisitas.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar